Makalah
METAFISIKA
Untuk
Memenuhi Salah Satu Tugas
Mata
Kuliah Metafisika
Dosen
Pembimbing: Abdurrasyid, S.H, M.Hum
Disusun
Oleh :
Nama :
Nia Mardiah
NPM :
1614370006
Kelas : 1R-Pagi
A
Fakultas
Ilmu Komputer Prodi Sistem Komputer
Universitas Pembangunan Panca Budi
Stambuk 2016
Daftar Isi
Cover ……………………………………………………………………………….. 1
Kata Pengantar ……………………………………………………………………... 3
Bab 1 Pendahuluan
………………………………………………………………... 4
Bab 2 Pembahasan
………………………………………………………………… 5
Beberapa
Tafsiran Metafisika
……………………………………………… 5
Objek
Metafisika Menurut Aristoteles
……………………………………... 6
Keberadaan Alam Semesta dan
Misterinya ………………………………… 7
Alam Semesta Teleologis …………………………………………………... 14
Bab 3 Penutup
……………………………………………………………………... 16
Kesimpulan
…………………………………………………………………. 16
Daftar Pustaka ……………………………………………………………………… 17
Kata Pengantar
Dengan menyebut nama Allah
SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, Saya panjatkan puja dan puji syukur
atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya
kepada saya, sehingga saya dapat menyelesaikan makalah tentang metafisika.
Makalah ini telah saya susun
dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat
memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu saya menyampaikan banyak terima
kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu,
Saya menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan
kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka saya
menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar saya dapat memperbaiki
makalah ini.
Akhir kata saya berharap
semoga makalah tentang metafisika ini dapat memberikan manfaat maupun inspirasi
terhadap pembaca.
Bab 1
Pendahuluan
Metafisika merupakan padanan kata yang
berasal dari Bahasa Yunani yakni : μετά (meta) =
"setelah atau dibalik", dan φύσικα (phúsika) = "hal-hal
di alam". Metafisika merupakan salah satu cabang filsafat yang
mempelajari penjelasan asal atau hakikat objek (fisik) di dunia. Metafisika
adalah studi keberadaan atau realitas. Metafisika
mencoba menjawab pertanyaan-pertanyaan seperti: Apakah sumber dari suatu
realitas? Apakah Tuhan ada? Apa tempat manusia di dalam semesta?
Metafisika adalah
salah satu cabang Filsafat yang mempelajari dan memahami mengenai penyebab
segala sesuatu sehingga hal tetrtentu menjadi ada. Sebenarnya disiplin filsafat
metafisika telah di mulai semenjak zaman Yunani kuno. Mulai dari filosof-filosof alam
sampai Aristoteles (284-322 SM). Aristoteles sendiri tidak pernah memakai
istilah metafisika. Aristoteles menyebut sesuatu yang mengkaji hal-hal yang
sifatnya diluar fisika sebagai filsafat pertama (prote philosophia) untuk
membedakannya dengan filsafat kedua yaitu disiplin yang mengkaji hal-hal yang
bersifat fisika.
Cabang utama
metafisika adalah ontologi, studi mengenai kategorisasi benda-benda di alam
dan hubungan antara satu dan lainnya. Ahli metafisika juga berupaya memperjelas
pemikiran-pemikiran manusia mengenai dunia, termasuk keberadaan, kebendaan,
sifat, ruang, waktu, hubungan sebab akibat, dan kemungkinan. Penggunaan istilah
"metafisika" telah berkembang untuk merujuk pada "hal-hal yang
di luar dunia fisik". Toko buku metafisika, sebagai contoh, bukanlah
menjual buku mengenai ontologi, melainkan lebih kepada buku-buku mengenai ilmu gaib atau sihir,
pengobatan alternatif,
dan hal-hal sejenisnya.
Bab 2
Pembahasan
Beberapa Tafsiran Metafisika
Dalam menafsirkan
hal ini, manusia mempunyai beberapa pendapat mengenai tafsiran metafisika.
Tafsiran yang pertama yang dikemukakan oleh manusia terhadap alam ini adalah
bahwa terdapat hal-hal gaib (supernatural) dan hal-hal tersebut bersifat lebih
tinggi atau lebih kuasa dibandingkan dengan alam yang nyata. Pemikiran seperti
ini disebut pemikiran supernaturalisme. Dari sini lahir tafsiran-tafsiran
cabang misalnya animisme.
Selain paham di
atas, ada juga paham yang disebut paham naturalisme.
Paham ini amat bertentangan dengan paham supernaturalisme.
Paham naturalisme
menganggap bahwa gejala-gejala alam tidak disebabkan oleh hal-hal yang bersifat
gaib, melainkan karena kekuatan yang terdapat di alam itu sendiri, yang dapat
dipelajari dan dapat diketahui. Orang-orang yang menganut paham naturalisme
ini beranggapan seperti itu karena standar kebenaran yang mereka gunakan
hanyalah logika akal semata, sehingga mereka menolak keberadaan hal-hal yang
bersifat gaib itu.
Dari paham naturalisme
ini juga muncul paham materialisme yang menganggap bahwa alam semesta dan
manusia berasal dari materi. Salah satu pencetusnya ialah Democritus (460-370
S.M).
Adapun bagi
mereka yang mencoba mempelajari mengenai makhluk hidup. Timbul dua tafsiran
yang masing-masing saling bertentangan yakni paham mekanistik dan paham vitalistik. Kaum mekanistik
melihat gejala alam (termasuk makhluk hidup) hanya merupakan gejala
kimia-fisika semata. Sedangkan bagi kaum vitalistik hidup adalah sesuatu yang
unik yang berbeda secara substansif dengan hanya sekadar gejala kimia-fisika
semata.
Berbeda halnya
dengan telaah mengenai akal dan pikiran, dalam hal ini ada dua tafsiran yang
juga saling berbeda satu sama lain. Yakni paham monoistik dan dualistik. sudah merupakan aksioma bahwa
proses berpikir manusia menghasilkan pengetahuan tentang zat (objek) yang
ditelaahnya. Dari sini aliran monoistik mempunyai pendapat yang tidak
membedakan antara pikiran dan zat, keduanya (pikiran dan zat) hanya berbeda
dalam gejala disebabkan proses yang berlainan namun mempunyai subtansi yang
sama. Pendapat ini ditolak oleh kaum yang menganut paham dualistik.
Dalam metafisika,
penafsiran dualistik membedakan antara zat dan kesadaran (pikiran) yang bagi
mereka berbeda secara substansif. Aliran ini berpendapat bahwa yang ditangkap
oleh pikiran adalah bersifat mental. Maka yang bersifat nyata adalah pikiran,
sebab dengan berpikirlah maka sesuatu itu lantas ada.
Objek Metafisika Menurut Aristoteles
Objek metafisika menurut
Aristoteles, ada dua yakni :
Ada sebagai yang ada, ilmu pengetahuan mengkaji
yang ada itu dalam bentuk semurni-murninya, bahwa suatu benda itu
sungguh-sungguh ada dalam arti kata tidak terkena perubahan, atau dapat
diserapnya oleh panca indera. Metafisika disebut juga Ontologi.
Ada sebagai yang Illahi, keberadaan yang mutlak,
yang tidak bergantung pada yang lain, yakni TUHAN (Illahi berarti yang tidak
dapat ditangkap oleh panca indera). Epistemologi
merupakan cabang filsafat yang menyelidiki asal, sifat, metode dan batasan
pengetahuan manusia (a branch of philosophy that investigates the origin,
nature, methods and limits of human knowledge).
METAFISIKA adalah sebuah kekuatan yang terletak
pada kekuatan mental, akal pikiran, hati, jiwa serta semua fisik tubuh manusia,
yang mana jika manusia bisa membangkitkan kinerja semua unsur tubuh mereka,
maka mereka memiliki kekuatan yang sangat dahsyat.
Dalam istilah spiritual lebih dikenal sebagai
ilmu ghaib (yang kekuatannya bisa dari unsur luar yakni jin atau qorin/sedulur
papat) dan istilah bagi mereka yang berkecimpung di dunia pencak silat dan olah
pernafasan, metafisik disebut sebagai tenaga dalam, yakni sebuah inti energi
yang terletak pada kekuatan nafas dan pikiran (visualisasi).
Jadi pada dasarnya Metafisik, Tenaga Dalam serta Ilmu Ghaib merupakan satu
rangkaian, yang intinya mengaktifkan kekuatan/energi yang berasal dari kekuatan
Non-Sains. Dan di Majapahitsakti yang diaktifkan adalah unsur cakra dengan
membuka 7 cakra utama serta pengendalian khadam, baik dari qorin maupun dari
luar yakni Rijalul Ghaib.
Keberadaan Alam Semesta dan Misterinya
Alam semesta selalu mengejutkan kita
tentang hal-hal yang luar biasa yang terkadang di luar nalar manusia. Mulai
dari asal usul alam semesta, luasnya, objek di dalamnya, lubang hitam, penemuan
bintang dan planet-planet aneh dan masih banyak lagi. Nah berikut adalah
beberapa hal mengejutkan di alam semesta tempat kita tinggal.
1.
Usia Alam Semesta Sangat Tua
Alam semesta dimulai dengan Big Bang
dan diperkirakan terjadi sekira 13.7 miliar tahun yang lalu (plus atau minus
130 juta tahun) Astronom mengkalkulasi hal ini dengan melakukan pengukuran pada
komposisi materi dan kepadatan energi di alam semesta yang memberi petunjuk
bagi mereka untuk memperkirakan seberapa
cepat ekspansi alam semesta di masa lalu. Peneliti akan dibawa kembali ke masa
lalu dan memperkirakan kapan Big Bang terjadi. Waktu diantara ledakan itu
sampai waktu saat ini merupakan usia alam semesta kita.
2.
Alam Semesta Semakin Membesar
Pada tahun 1920, astronom Edwin
Hubble membuat penemuan revolusioner yang mengungkapkan bahwa alam semesta
tidak statik (tetap), tapi terus membesar / mengembang. Tapi apakah gravitasi
dari materi akan memperlambatnya atau akan ada hal baru lainnya? Pada 1998
teleskop Hubble mengamati keberadaan supernova yang letaknya sangat jauh dan
ditemukan bahwa pada masa lalu alam semesta meluas lebih lambat daripada hari
ini. Dari teka-teki ini, maka muncullah apa yang disebut dengan dark energy
(energi gelap) yang mendorong percepatan ekspansi alam semesta.
3.
Percepatan Alam Semesta Terus Meningkat
Energi gelap bukan hanya menyebabkan
alam semesta mengembang, tapi menyebabkan obyek lainnya seperti galaksi
bergerak menjauh semakin cepat. Percepatan alam semesta menegegaskan teori
relativitas umum Einstein dan konstanta kosmologi Einstein untuk menjelaskan
energi gelap yang tampaknya mampu menangkal gravitasi dan menyebabkan alam
semesta meluas dalam tempo yang cepat.
4.
Alam Semesta Bisa Berbentuk Datar
Bentuk alam semesta merupakan hasil
interaksi antara tarikan gravitasi (berdasarkan kepadatan materi di alam
semesta) dan percepatan. Jika kerapatan alam semesta melebihi nilai kritis
tertentu, maka alam semesta adalah tertutup, seperti permukaan sebuah bola. Ini
menyiratkan bahwa alam semesta tidak terbatas tetapi juga tidak memiliki akhir.
Dalam hal ini, alam semesta akhirnya akan berhenti berkembang dan mulai runtuh
dengan sendirinya, dalam peristiwa yang dikenal sebagai Big Crunch. Jika
kerapatan alam semesta kurang dari nilai kerapatan kritis, maka bentuk alam
semesta adalah terbuka, seperti permukaan sebuah pelana. Dalam hal ini, alam
semesta tidak memiliki batas dan akan terus berkembang selamanya. Namun, jika
kerapatan alam semesta sama persis dengan kerapatan kritis, maka geometri alam
semesta adalah datar, seperti selembar kertas. Di sini, alam semesta tidak
memiliki batas-batas dan akan berkembang selamanya, tetapi tingkat ekspansi
secara bertahap akan mendekati nol setelah jumlah tak terbatas waktu.
Pengukuran terakhir menunjukkan bahwa alam semesta adalah datar dengan margin
kesalahan sekitar 2 persen.
5.
Alam Semesta Dipenuhi Oleh Hal yang Tidak Terlihat
Alam semesta
memiliki banyak hal yang tidak dapat dilihat. Bahkan bintang-bintang, planet
dan galaksi yang saat ini dapat dideteksi, itu hanya 4 persen bagian dari alam
semesta, menurut para astronom 96 persen lainnya merupakan hal-hal yang tidak
terlihat. Hal-hal tidak terlihat yang aneh ini disebut dengan dark energy
(energi gelap) dan dark matter (materi gelap). Memang keberadaannya tidak dapat
dilihat, tapi bisa di deteksi dengan mengamati pengaruh energi gravitasinya
terhadap obyek-obyek normal alam semesta yang bisa terlihat.
6.
Alam Semesta Memiliki Gema Kelahirannya
Gelombang mikro kosmik yang terdiri
dari gema cahaya merupakan sisa energi dari ledakan Big Bang 13.7 miliar tahun
lalu. Misi Plank oleh ESA (European Space Agency) memetakan seluruh langit
dalam gelombang mikro cahaya untuk mengungkapkan petunjuk baru tentang
bagaimana alam semesta bermula. Pengamatan alam semesta melalui gelombang mikro
cahaya merupakan pengamatan paling tepat yang pernah diperoleh. Hal ini
kemudian digunakan sebagai petunjuk oleh ilmuwan untuk menjawab pertanyaan apa
yang terjadi setelah alam semesta terbentuk.
7.
Alam Semesta Lain (Paralel)
Alam
Semesta Teleologis
Alam dalam paham
materialisme dianggap tidak memiliki unsur teolologis, karena ia tidak memiliki
pencipta dan oleh karena itu alam bersifat netral. Alam dianggap ada dengan
sendirinya tanpa ada yang membuat. Begitu juga adanya makhluk hidup di bumi
(termasuk manusia). Manusia dan makhluk hidup lainnya dianggap bisa
bertahan dan hidup di bumi karena terdapat seleksi alam, yaitu yang dikenal
dengan teori evolusi Charles Darwin (1809-1882). Adapun kejadian-kejadian
di alam terjadi karena adanya hubungan sebab akibat. Jadi kesimpulannya, alam
dianggap tidak memiliki unsur teleologis karena alam ada dengan sendirinya
tanpa pencipta.
Hal di atas
bertentangan dengan Islam. Dalam Islam, tatanan alam bukanlah semata-mata
tatanan material seputar sebab-sebab dan akibat-akibat. Bukan pula hanyalah
tatanan yang oleh ruang dan waktu serta kategori-kategori teoritis lain semacam
itu membuat kejelasan pada pemahaman kita. Akan tetapi alam juga merupakan
lapangan tujuan-tujuan di mana segala sesuatu memenuhi suatu tujuan dan dengan
cara demikian memberikan sumbangan bagi kesejahteraan dan keseimbangan
segalanya.
Dari sebutir kerikil
yang tak bernyawa di lembah, plankton yang paling kecil pada permukaan laut,
flagellata mikroba di dalam usus serangga, hingga bimasakti-bimasakti dengan
matahari-mataharinya, pohon-pohon redwood raksasa, ikan paus dan gajah –
segala sesuatu yang ada, melalui kelahiran dan pertumbuhannya, kehidupan dan
kematiannya, memenuhi suatu tujuan yang telah ditetapkan untuknya oleh Tuhan.
Semua makhluk saling bergantung satu sama lainnya dan berjalan lancar
karena adanya keselarasan yang sempurna di antara bagian-bagiannya.
Dalam
hal ini Allah berfirman, “Sesungguhnya segala sesuatu telah Kami ciptakan
dengan ukuran……Maka sekali-kali tidak akan kamu dapati penggantian dalam sunnah
Allah”. Inilah prinsip keseimbangan ekologi dalam Islam, di mana manusia modern
baru menyadarinya setelah terjadinya polusi alam di masa sekarang ini, yang
membawa serta berbagai bahaya itu. Umat muslim sesungguhnya telah menyadarinya
selama berabad-abad, dan telah melihat dirinya berada di dalamnya.
Masig-masing unsur
ciptaan saling menghidupi yang lainnya dan dihidupi oleh pihak yang ketiga
(Allah) jelas merupakan tujuan. Hal ini bisa dilihat pada makhluk-makhluk yang
lebih tinggi. Dominasi rangkaian yang sama di dunia ganggang, mikroba maupun
enzim lebih sulit diamati dan dibayangkan dalam seluruh jangkauannya
dikarenakan tak bisa dilihat oleh mata. Akan tetapi dominasi tersebut tidaklah
kurang nyatanya. Yang lebih sulit lagi untuk ditemukan dibanding pola-pola
siklus makanan dalam kehidupan nabati dan hewani adalah rantai
kesalingtergantungan dalam aktivitas seluruh makhluk. Yaitu aktivitas-aktivitas
selain dari pencarian makanan, baik yang berkaitan dengannya atau tidak, dalam
aksi dan reaksi yang berkesinambungan dari unsur-unsur tersebut satu terhadap
yang lain, baik di darat, di laut, di udara maupun di antara benda-benda di
luar angkasa. Pengetahuan kita tentang seluk-beluk ekologi alam masih dalam
tahap yang sangat dini. Ilmu-ilmu alam telah cukup membukakan sebagian darinya
untuk memungkinkan imajinasi kita mampu menyusun tersebut secara keseluruhan.
Oleh karena itulah,
alam sebagai manifestasi-Nya yang bersama-sama manusia menjadi unsur pembentuk
ekosistem dalam kosmos yang berperadaban dan bersifat teleologis. Dalam hal ini
Fazlur Rahman menegaskan bahwasanya karena setiap segala sesuatu itu secara
langsung berhubungan dengan Allah, maka setiap sesuatu itu melalui dan berada
di dalam hubungan dengan-Nya. Jadi kata Fazlur Rahman, Allah adalah makna
realitas, sebuah makna yang dimanifestasikan, dijelaskan, dibawakan oleh alam,
dan selanjutnya oleh manusia.
Sebagai sebuah sistem
teleologi, dunia menyuguhkan kepada kita suatu tontonan yang agung. Ukuran dan
keluasan makrokosmos, rincian yang sulit dari mikrokosmos, serta sifat
mekanisme keseimbangan yang sempurna dan tak terbatas kerumitannya, menjadikan
kita tercengang dan terpukau. Dan, orang yang baik keimanannya dan (ulul Albab)
akan mengucapkan kalimat pengangungan kepada Allah dan menyadari bahwa
Allah-lah sang Pencipta dan segala ciptaan-Nya tidak ada yang sia-sia. Dalam
hal ini Allah berfirman: “Ulil Albab adalah orang-orang yang mengingat Allah
ketika berdiri, duduk atau sedang berbaring dan memikirkan tentang penciptaan
dan bumi seraya berkata, “Wahai Tuhan kami, Tidaklah sia-sia Engkau menciptakan
semua ini. Mahasuci engkau, peliharalah kami dari siksa api neraka.
Karena dunia sebagai
ciptaan dari Yang Maha Kuasa adalah indah dan benar-benar mulia
dikarenakan teleologinya. Ungkapan kagum seorang penyair, “Betapa indahnya
bunga mawar! Padanya Nampak wajah Tuhan!” tidak mempunyai arti lain kecuali
bahwa bunga mawar itu memenuhi tujuan manusia dan serangga melalui bau dan
keindahannya bentuknya. Tujuan dan yang telah dikaruniakan Tuhan (Allah)
kepadanya dan yang dipenuhinya dengan sempurna, yang mencerminkan, bagi mereka
yang mampu melihatnya, efektifitas yang cemerlang dan keterampilan yang
sempurna dari Perancang dan Pencipta agung, yaitu Tuhan (Allah).
Bab 3
Penutup
Kesimpulan
Dari pemaparan di atas
dapat disimpulkan bahwa Metafisika merupakan padanan kata
yang berasal dari Bahasa Yunani
yakni : μετά (meta) = "setelah atau dibalik", dan φύσικα
(phúsika) = "hal-hal di alam". Metafisika merupakan salah satu
cabang filsafat
yang mempelajari penjelasan asal atau hakikat objek (fisik) di dunia.
Metafisika adalah studi keberadaan
atau realitas.
Dalam pandangan Islam, alam
semesta tidaklah seperti pandangan Kristen yang menganggap alam adalah
kejahatan, tidak seperti pandangan Hindu yang menganggap alam merupakan
kecelakaan ontologis dari Yang Mutlak, dan tidak seperti paham materialisme
yang menganggap alam semesta tidak memiliki unsur teleologis.
Alam semesta dalam
Islam bisa “ada” karena ada yang menciptakan, yaitu Allah. Adanya
ketergantungan pada masing-masing unsur ciptaan jelas dipandang sebagai tujuan.
Dan suatu tujuan memberikan sumbangan bagi kesejahteraan dan keseimbangan dalam
alam semesta. Maka dari itulah, seorang muslim yang baik akan selalu melihat
“wajah” Allah dalam segala sesuatu serta berbagai kejadian yang terdapat
di dalam alam.
Daftar Pustaka