Rabu, 19 September 2018

Makalah Metafisika


Makalah

METAFISIKA

Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas
Mata Kuliah Metafisika
Dosen Pembimbing: Abdurrasyid, S.H, M.Hum


Disusun Oleh :
Nama                   : Nia Mardiah
NPM           : 1614370006
Kelas          : 1R-Pagi A

Fakultas Ilmu Komputer Prodi Sistem Komputer
Universitas Pembangunan Panca Budi
Stambuk 2016


Daftar Isi

Cover ………………………………………………………………………………..           1
Kata Pengantar ……………………………………………………………………...           3
Bab 1   Pendahuluan ………………………………………………………………...           4
Bab 2   Pembahasan …………………………………………………………………           5
            Beberapa Tafsiran Metafisika ………………………………………………            5
            Objek Metafisika Menurut Aristoteles ……………………………………...           6
                Keberadaan Alam Semesta dan Misterinya …………………………………           7
            Alam Semesta Teleologis …………………………………………………...            14
Bab 3   Penutup ……………………………………………………………………...           16
            Kesimpulan ………………………………………………………………….           16
Daftar Pustaka ………………………………………………………………………           17


Kata Pengantar
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, Saya panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada saya, sehingga saya dapat menyelesaikan makalah tentang metafisika.
Makalah ini telah saya susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu saya menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, Saya menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka saya menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar saya dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata saya berharap semoga makalah tentang metafisika ini dapat memberikan manfaat maupun inspirasi terhadap pembaca.

Bab 1
Pendahuluan
Metafisika merupakan padanan kata yang berasal dari Bahasa Yunani yakni : μετά (meta) = "setelah atau dibalik", dan φύσικα (phúsika) = "hal-hal di alam". Metafisika merupakan salah satu cabang filsafat yang mempelajari penjelasan asal atau hakikat objek (fisik) di dunia. Metafisika adalah studi keberadaan atau realitas. Metafisika mencoba menjawab pertanyaan-pertanyaan seperti: Apakah sumber dari suatu realitas? Apakah Tuhan ada? Apa tempat manusia di dalam semesta?
Metafisika adalah salah satu cabang Filsafat yang mempelajari dan memahami mengenai penyebab segala sesuatu sehingga hal tetrtentu menjadi ada. Sebenarnya disiplin filsafat metafisika telah di mulai semenjak zaman Yunani kuno. Mulai dari filosof-filosof alam sampai Aristoteles (284-322 SM). Aristoteles sendiri tidak pernah memakai istilah metafisika. Aristoteles menyebut sesuatu yang mengkaji hal-hal yang sifatnya diluar fisika sebagai filsafat pertama (prote philosophia) untuk membedakannya dengan filsafat kedua yaitu disiplin yang mengkaji hal-hal yang bersifat fisika.
Cabang utama metafisika adalah ontologi, studi mengenai kategorisasi benda-benda di alam dan hubungan antara satu dan lainnya. Ahli metafisika juga berupaya memperjelas pemikiran-pemikiran manusia mengenai dunia, termasuk keberadaan, kebendaan, sifat, ruang, waktu, hubungan sebab akibat, dan kemungkinan. Penggunaan istilah "metafisika" telah berkembang untuk merujuk pada "hal-hal yang di luar dunia fisik". Toko buku metafisika, sebagai contoh, bukanlah menjual buku mengenai ontologi, melainkan lebih kepada buku-buku mengenai ilmu gaib atau sihir, pengobatan alternatif, dan hal-hal sejenisnya.

Bab 2
Pembahasan
Beberapa Tafsiran Metafisika
Dalam menafsirkan hal ini, manusia mempunyai beberapa pendapat mengenai tafsiran metafisika. Tafsiran yang pertama yang dikemukakan oleh manusia terhadap alam ini adalah bahwa terdapat hal-hal gaib (supernatural) dan hal-hal tersebut bersifat lebih tinggi atau lebih kuasa dibandingkan dengan alam yang nyata. Pemikiran seperti ini disebut pemikiran supernaturalisme. Dari sini lahir tafsiran-tafsiran cabang misalnya animisme.
Selain paham di atas, ada juga paham yang disebut paham naturalisme. Paham ini amat bertentangan dengan paham supernaturalisme. Paham naturalisme menganggap bahwa gejala-gejala alam tidak disebabkan oleh hal-hal yang bersifat gaib, melainkan karena kekuatan yang terdapat di alam itu sendiri, yang dapat dipelajari dan dapat diketahui. Orang-orang yang menganut paham naturalisme ini beranggapan seperti itu karena standar kebenaran yang mereka gunakan hanyalah logika akal semata, sehingga mereka menolak keberadaan hal-hal yang bersifat gaib itu.
Dari paham naturalisme ini juga muncul paham materialisme yang menganggap bahwa alam semesta dan manusia berasal dari materi. Salah satu pencetusnya ialah Democritus (460-370 S.M).
Adapun bagi mereka yang mencoba mempelajari mengenai makhluk hidup. Timbul dua tafsiran yang masing-masing saling bertentangan yakni paham mekanistik dan paham vitalistik. Kaum mekanistik melihat gejala alam (termasuk makhluk hidup) hanya merupakan gejala kimia-fisika semata. Sedangkan bagi kaum vitalistik hidup adalah sesuatu yang unik yang berbeda secara substansif dengan hanya sekadar gejala kimia-fisika semata.
Berbeda halnya dengan telaah mengenai akal dan pikiran, dalam hal ini ada dua tafsiran yang juga saling berbeda satu sama lain. Yakni paham monoistik dan dualistik. sudah merupakan aksioma bahwa proses berpikir manusia menghasilkan pengetahuan tentang zat (objek) yang ditelaahnya. Dari sini aliran monoistik mempunyai pendapat yang tidak membedakan antara pikiran dan zat, keduanya (pikiran dan zat) hanya berbeda dalam gejala disebabkan proses yang berlainan namun mempunyai subtansi yang sama. Pendapat ini ditolak oleh kaum yang menganut paham dualistik.
Dalam metafisika, penafsiran dualistik membedakan antara zat dan kesadaran (pikiran) yang bagi mereka berbeda secara substansif. Aliran ini berpendapat bahwa yang ditangkap oleh pikiran adalah bersifat mental. Maka yang bersifat nyata adalah pikiran, sebab dengan berpikirlah maka sesuatu itu lantas ada.


Objek Metafisika Menurut Aristoteles
Objek metafisika menurut Aristoteles, ada dua yakni :
Ada sebagai yang ada, ilmu pengetahuan mengkaji yang ada itu dalam bentuk semurni-murninya, bahwa suatu benda itu sungguh-sungguh ada dalam arti kata tidak terkena perubahan, atau dapat diserapnya oleh panca indera. Metafisika disebut juga Ontologi.
Ada sebagai yang Illahi, keberadaan yang mutlak, yang tidak bergantung pada yang lain, yakni TUHAN (Illahi berarti yang tidak dapat ditangkap oleh panca indera). Epistemologi merupakan cabang filsafat yang menyelidiki asal, sifat, metode dan batasan pengetahuan manusia (a branch of philosophy that investigates the origin, nature, methods and limits of human knowledge).
METAFISIKA adalah sebuah kekuatan yang terletak pada kekuatan mental, akal pikiran, hati, jiwa serta semua fisik tubuh manusia, yang mana jika manusia bisa membangkitkan kinerja semua unsur tubuh mereka, maka mereka memiliki kekuatan yang sangat dahsyat.
Dalam istilah spiritual lebih dikenal sebagai ilmu ghaib (yang kekuatannya bisa dari unsur luar yakni jin atau qorin/sedulur papat) dan istilah bagi mereka yang berkecimpung di dunia pencak silat dan olah pernafasan, metafisik disebut sebagai tenaga dalam, yakni sebuah inti energi yang terletak pada kekuatan nafas dan pikiran (visualisasi).
Jadi pada dasarnya Metafisik, Tenaga Dalam serta Ilmu Ghaib merupakan satu rangkaian, yang intinya mengaktifkan kekuatan/energi yang berasal dari kekuatan Non-Sains. Dan di Majapahitsakti yang diaktifkan adalah unsur cakra dengan membuka 7 cakra utama serta pengendalian khadam, baik dari qorin maupun dari luar yakni Rijalul Ghaib.


Keberadaan Alam Semesta dan Misterinya


Alam semesta selalu mengejutkan kita tentang hal-hal yang luar biasa yang terkadang di luar nalar manusia. Mulai dari asal usul alam semesta, luasnya, objek di dalamnya, lubang hitam, penemuan bintang dan planet-planet aneh dan masih banyak lagi. Nah berikut adalah beberapa hal mengejutkan di alam semesta tempat kita tinggal.

1.      Usia Alam Semesta Sangat Tua


Alam semesta dimulai dengan Big Bang dan diperkirakan terjadi sekira 13.7 miliar tahun yang lalu (plus atau minus 130 juta tahun) Astronom mengkalkulasi hal ini dengan melakukan pengukuran pada komposisi materi dan kepadatan energi di alam semesta yang memberi petunjuk bagi mereka untuk memperkirakan seberapa cepat ekspansi alam semesta di masa lalu. Peneliti akan dibawa kembali ke masa lalu dan memperkirakan kapan Big Bang terjadi. Waktu diantara ledakan itu sampai waktu saat ini merupakan usia alam semesta kita.

2.      Alam Semesta Semakin Membesar


Pada tahun 1920, astronom Edwin Hubble membuat penemuan revolusioner yang mengungkapkan bahwa alam semesta tidak statik (tetap), tapi terus membesar / mengembang. Tapi apakah gravitasi dari materi akan memperlambatnya atau akan ada hal baru lainnya? Pada 1998 teleskop Hubble mengamati keberadaan supernova yang letaknya sangat jauh dan ditemukan bahwa pada masa lalu alam semesta meluas lebih lambat daripada hari ini. Dari teka-teki ini, maka muncullah apa yang disebut dengan dark energy (energi gelap) yang mendorong percepatan ekspansi alam semesta.

3.      Percepatan Alam Semesta Terus Meningkat


Energi gelap bukan hanya menyebabkan alam semesta mengembang, tapi menyebabkan obyek lainnya seperti galaksi bergerak menjauh semakin cepat. Percepatan alam semesta menegegaskan teori relativitas umum Einstein dan konstanta kosmologi Einstein untuk menjelaskan energi gelap yang tampaknya mampu menangkal gravitasi dan menyebabkan alam semesta meluas dalam tempo yang cepat.

4.      Alam Semesta Bisa Berbentuk Datar


Bentuk alam semesta merupakan hasil interaksi antara tarikan gravitasi (berdasarkan kepadatan materi di alam semesta) dan percepatan. Jika kerapatan alam semesta melebihi nilai kritis tertentu, maka alam semesta adalah tertutup, seperti permukaan sebuah bola. Ini menyiratkan bahwa alam semesta tidak terbatas tetapi juga tidak memiliki akhir. Dalam hal ini, alam semesta akhirnya akan berhenti berkembang dan mulai runtuh dengan sendirinya, dalam peristiwa yang dikenal sebagai Big Crunch. Jika kerapatan alam semesta kurang dari nilai kerapatan kritis, maka bentuk alam semesta adalah terbuka, seperti permukaan sebuah pelana. Dalam hal ini, alam semesta tidak memiliki batas dan akan terus berkembang selamanya. Namun, jika kerapatan alam semesta sama persis dengan kerapatan kritis, maka geometri alam semesta adalah datar, seperti selembar kertas. Di sini, alam semesta tidak memiliki batas-batas dan akan berkembang selamanya, tetapi tingkat ekspansi secara bertahap akan mendekati nol setelah jumlah tak terbatas waktu. Pengukuran terakhir menunjukkan bahwa alam semesta adalah datar dengan margin kesalahan sekitar 2 persen.

5.      Alam Semesta Dipenuhi Oleh Hal yang Tidak Terlihat


Alam semesta memiliki banyak hal yang tidak dapat dilihat. Bahkan bintang-bintang, planet dan galaksi yang saat ini dapat dideteksi, itu hanya 4 persen bagian dari alam semesta, menurut para astronom 96 persen lainnya merupakan hal-hal yang tidak terlihat. Hal-hal tidak terlihat yang aneh ini disebut dengan dark energy (energi gelap) dan dark matter (materi gelap). Memang keberadaannya tidak dapat dilihat, tapi bisa di deteksi dengan mengamati pengaruh energi gravitasinya terhadap obyek-obyek normal alam semesta yang bisa terlihat.

6.      Alam Semesta Memiliki Gema Kelahirannya


Gelombang mikro kosmik yang terdiri dari gema cahaya merupakan sisa energi dari ledakan Big Bang 13.7 miliar tahun lalu. Misi Plank oleh ESA (European Space Agency) memetakan seluruh langit dalam gelombang mikro cahaya untuk mengungkapkan petunjuk baru tentang bagaimana alam semesta bermula. Pengamatan alam semesta melalui gelombang mikro cahaya merupakan pengamatan paling tepat yang pernah diperoleh. Hal ini kemudian digunakan sebagai petunjuk oleh ilmuwan untuk menjawab pertanyaan apa yang terjadi setelah alam semesta terbentuk.

7.      Alam Semesta Lain (Paralel)


Gagasan bahwa kita hidup di multiuniverse, di mana alam semesta kita adalah salah satu dari banyak, berasal dari teori disebut inflasi kekal (eternal inflation), yang menunjukkan bahwa segera setelah Big Bang, ruang-waktu diperluas pada tingkat yang berbeda di tempat yang berbeda. Menurut teori ini, hal ini menimbulkan gelembung alam semesta yang dapat berfungsi dengan hukum mereka sendiri terpisah dari fisika. Konsep ini kontroversial dan murni hipotetis sampai studi terbaru mencari tanda-tanda fisik dari teori multiverse di latar belakang gelombang mikro kosmis, yang merupakan peninggalan dari Big Bang yang meliputi alam semesta kita. Para peneliti mencari pengamatan terbaik yang tersedia dari gelombang mikro kosmik tanda-tanda tabrakan gelembung alam semesta, tapi tidak menemukan hal yang konklusif. Jika dua alam semesta telah bertabrakan, para peneliti mengatakan, itu akan meninggalkan pola melingkar di belakang dalam latar belakang gelombang mikro kosmik.

Alam Semesta Teleologis
Alam dalam paham materialisme dianggap tidak memiliki unsur teolologis, karena ia tidak memiliki pencipta dan oleh karena itu alam bersifat netral. Alam dianggap ada dengan sendirinya tanpa ada yang membuat. Begitu juga adanya makhluk hidup di bumi (termasuk manusia). Manusia dan makhluk hidup lainnya  dianggap bisa bertahan dan hidup di bumi karena terdapat seleksi alam, yaitu yang dikenal dengan teori  evolusi Charles Darwin (1809-1882). Adapun kejadian-kejadian di alam terjadi karena adanya hubungan sebab akibat. Jadi kesimpulannya, alam dianggap tidak memiliki unsur teleologis karena alam ada dengan sendirinya tanpa pencipta.
      Hal di atas bertentangan dengan Islam. Dalam Islam, tatanan alam bukanlah semata-mata tatanan material seputar sebab-sebab dan akibat-akibat. Bukan pula hanyalah tatanan yang oleh ruang dan waktu serta kategori-kategori teoritis lain semacam itu membuat kejelasan pada pemahaman kita. Akan tetapi alam juga merupakan lapangan tujuan-tujuan di mana segala sesuatu memenuhi suatu tujuan dan dengan cara demikian memberikan sumbangan bagi kesejahteraan dan keseimbangan segalanya.
      Dari sebutir kerikil yang tak bernyawa di lembah, plankton yang paling kecil pada permukaan laut, flagellata mikroba di dalam usus serangga, hingga bimasakti-bimasakti dengan matahari-mataharinya, pohon-pohon redwood raksasa, ikan paus dan gajah – segala sesuatu yang ada, melalui kelahiran dan pertumbuhannya, kehidupan dan kematiannya, memenuhi suatu tujuan yang telah ditetapkan untuknya oleh Tuhan. Semua makhluk  saling bergantung satu sama lainnya dan berjalan lancar karena adanya keselarasan yang sempurna di antara bagian-bagiannya.
      Dalam hal ini Allah berfirman, “Sesungguhnya segala sesuatu telah Kami ciptakan dengan ukuran……Maka sekali-kali tidak akan kamu dapati penggantian dalam sunnah Allah”. Inilah prinsip keseimbangan ekologi dalam Islam, di mana manusia modern baru menyadarinya setelah terjadinya polusi alam di masa sekarang ini, yang membawa serta berbagai bahaya itu. Umat muslim sesungguhnya telah menyadarinya selama berabad-abad, dan telah melihat dirinya berada di dalamnya.
      Masig-masing unsur ciptaan saling menghidupi yang lainnya dan dihidupi oleh pihak yang ketiga (Allah) jelas merupakan tujuan. Hal ini bisa dilihat pada makhluk-makhluk yang lebih tinggi. Dominasi rangkaian yang sama di dunia ganggang, mikroba maupun enzim lebih sulit diamati dan dibayangkan dalam seluruh jangkauannya dikarenakan tak bisa dilihat oleh mata. Akan tetapi dominasi tersebut tidaklah kurang nyatanya. Yang lebih sulit lagi untuk ditemukan dibanding pola-pola siklus makanan dalam kehidupan nabati dan hewani adalah rantai kesalingtergantungan dalam aktivitas seluruh makhluk. Yaitu aktivitas-aktivitas selain dari pencarian makanan, baik yang berkaitan dengannya atau tidak, dalam aksi dan reaksi yang berkesinambungan dari unsur-unsur tersebut satu terhadap yang lain, baik di darat, di laut, di udara maupun di antara benda-benda di luar angkasa. Pengetahuan kita tentang seluk-beluk ekologi alam masih dalam tahap yang sangat dini. Ilmu-ilmu alam telah cukup membukakan sebagian darinya untuk memungkinkan imajinasi kita mampu menyusun tersebut secara keseluruhan.
Oleh karena itulah, alam sebagai manifestasi-Nya yang bersama-sama manusia menjadi unsur pembentuk ekosistem dalam kosmos yang berperadaban dan bersifat teleologis. Dalam hal ini Fazlur Rahman menegaskan bahwasanya karena setiap segala sesuatu itu secara langsung berhubungan dengan Allah, maka setiap sesuatu itu melalui dan berada di dalam hubungan dengan-Nya. Jadi kata Fazlur Rahman, Allah adalah makna realitas, sebuah makna yang dimanifestasikan, dijelaskan, dibawakan oleh alam, dan selanjutnya oleh manusia.
Sebagai sebuah sistem teleologi, dunia menyuguhkan kepada kita suatu tontonan yang agung. Ukuran dan keluasan makrokosmos, rincian yang sulit dari mikrokosmos, serta sifat mekanisme keseimbangan yang sempurna dan tak terbatas kerumitannya, menjadikan kita tercengang dan terpukau. Dan, orang yang baik keimanannya dan (ulul Albab) akan mengucapkan kalimat pengangungan kepada Allah dan menyadari bahwa Allah-lah sang Pencipta dan segala ciptaan-Nya tidak ada yang sia-sia. Dalam hal ini Allah berfirman: “Ulil Albab adalah orang-orang yang mengingat Allah ketika berdiri, duduk atau sedang berbaring dan memikirkan tentang penciptaan dan bumi seraya berkata, “Wahai Tuhan kami, Tidaklah sia-sia Engkau menciptakan semua ini. Mahasuci engkau, peliharalah kami dari siksa api neraka.
Karena dunia sebagai ciptaan dari Yang Maha Kuasa adalah indah dan  benar-benar mulia dikarenakan teleologinya. Ungkapan kagum seorang penyair, “Betapa indahnya bunga mawar! Padanya Nampak wajah Tuhan!” tidak mempunyai arti lain kecuali bahwa bunga mawar itu memenuhi tujuan manusia dan serangga melalui bau dan keindahannya bentuknya. Tujuan dan yang telah dikaruniakan Tuhan (Allah) kepadanya dan yang dipenuhinya dengan sempurna, yang mencerminkan, bagi mereka yang mampu melihatnya, efektifitas yang cemerlang dan keterampilan yang sempurna dari Perancang dan Pencipta agung, yaitu Tuhan (Allah).

Bab 3
Penutup
Kesimpulan
Dari pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa Metafisika merupakan padanan kata yang berasal dari Bahasa Yunani yakni : μετά (meta) = "setelah atau dibalik", dan φύσικα (phúsika) = "hal-hal di alam". Metafisika merupakan salah satu cabang filsafat yang mempelajari penjelasan asal atau hakikat objek (fisik) di dunia. Metafisika adalah studi keberadaan atau realitas.
Dalam pandangan Islam, alam semesta tidaklah seperti pandangan Kristen yang menganggap alam adalah kejahatan, tidak seperti pandangan Hindu yang menganggap alam merupakan kecelakaan ontologis dari Yang Mutlak, dan tidak seperti paham materialisme yang menganggap alam semesta tidak memiliki unsur teleologis.
Alam semesta dalam Islam bisa “ada” karena ada yang menciptakan, yaitu Allah. Adanya ketergantungan pada masing-masing unsur ciptaan jelas dipandang sebagai tujuan. Dan suatu tujuan memberikan sumbangan bagi kesejahteraan dan keseimbangan dalam alam semesta. Maka dari itulah, seorang muslim yang baik akan selalu melihat “wajah” Allah dalam segala sesuatu serta berbagai kejadian yang terdapat  di dalam alam.

Daftar Pustaka

Tidak ada komentar:

Posting Komentar